Masjid Pintu Seribu Kota Tangerang Perlu Sentuhan Manajemen 4A

Avatar photo

- Jurnalis

Minggu, 10 Mei 2020 - 06:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PIJAR | JAKARTA – Masjid Pintu Seribu atau Masjid Seribu Pintu sebutannya. Sedangkan nama resminya adalah Masjid Agung Nurul Yaqiin. Dua tahun lalu, sekitar pertengahan 2018, masjid ini tercatat memerlukan perawatan jika mengikuti standard sebuah destinasi wisata. Kini, menjelang pertengahan 2020, kondisinya lebih baik, namun wabah penyakit virus corona (Covid-19) mungkin menghalangi banyak pengunjung biasa atau peziarah khusus untuk menyambanginya.

O ya, masjid unik ini berlokasi di Kampung Bayur, Periuk Jaya, Periuk, Kota Tangerang, Banten. Salah satu keunikan masjid ini antara lain, banyak sekat yang membagi ruangannya sehingga bagaikan gabungan musala yang berhimpun dalam satu kompleks masjid. Setiap ruangan diberi nama, seperti mushola Fathul Qorib, Tanbihul Ghofilin, Durojatun Annasikin, Safinatun-naja, Fatimah hingga musala Ratu Ayu. Luas masing-masing musala berkisar sekitar empat meter.

Pendiri masjid ini adalah seorang penyebar Islam kelahiran Arab bernama Al-fakir Syekh Mahdi Hasan Al-qudrotillah Al-muqoddam. Mulai berdiri pada 1978, warga sekitar mengenal Syekh Mahdi sang pendiri masjid sebagai Alfakir, orang yang kekurangan. Boleh jadi karena ia membangun masjid itu dengan biaya sendiri sebelum datang bantuan infaq dari berbagai kalangan.

Keunikan lain masjid ini, pengebangannya tidak memakai gambar rancang. Jangan bertanya desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Toh di masjid dengan banyak pintu ini, ada gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque di Eropa abad XIX, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec di masa yang lebih lampau.

Baca Juga :  Mural Muatan Kritik Tidak Dapat Dipidana

Lantas di beberapa pintu masjid dan pagar depan, tampak terlihat angka 999. Angka ini menurut pengurus masjid, merupakan penggabungan jumlah nama Allah dalam 99 asma ul husna dan nama sembilan wali (wali songo).

Meskipun banyak sekat, setiap lorong di masjid ini sudah dilengkapi dengan penunjuk jalan. Dari sekian banyak lorong itu, salah satunya mengarah ke ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih. Ruang ini biasa digunakan oleh Al Faqir dan jamaah lainnya untuk beristiqomah.

Di ruangan bawah tanah itu, pengunjung akan menemukan keunikan lain lagi. Di dalam ruangan bawah tanah ini ada tasbih berukuran raksasa dengan 99 butiran berdiameter 10 centimeter. Setiap butir bertuliskan nama julukan Allah (asmaul husna). Kabarnya tasbih itu merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia.

Awalnya, masjid ini kurang begitu populer karena digerus zaman. Tetapi, setelah mulai dipublikasikan banyak media, masjid itu kemudian banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru, bukan saja nasional tapi masyarakat internasional.

Para peziarah biasanya akan datang lebih banyak terutama di sekitar hari-hari besar Islam. Maka lazim belaka jika menjelang Ramadan juga Masjid Nurul Yaqin ini kedatangan para peziarah. Pengunjung dan peziarah datang dari berbagai kota di sekitar Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Namun, ada juga yang datang dari tempat yang lebih jauh seperti dari Kalimantan dan Sumatera. Yang dari luar negeri masih terhitung jarang

Baca Juga :  Plus Minus Kebijakan Larangan Ekspor Minyak Goreng Beserta Bahan Bakunya

Boleh jadi, masjid ini belum sepenuhnya memenuhi syarat untuk menjadi destinasi wisata. Selain berada di tengah-tengah pemukiman warga, banyak pintu dan lorong-lorong yang agak gelap karena kekurangan cahaya. Banyak juga pintu ruangan yang terkunci.

Jelas masjid ini memerlukan manajemen pengelolaan yang lebih profesional agar memenuhi kriteria 4 A destinasi wisata: Amenity, Attraction, Accessibility, and Ancillary (kenyamanan, atraksi atau kegiatan pertunjukan, akses masuk-keluar yang menyenangkan, serta unsur penunjang) . Keterlibatan masyarakat sekitar dan ahli waris pendiri akan sangat baik untuk meningkatkan kelayakan masjid ini untuk meningkatkan kualitas 4A tadi.

Soal 4A itu . lain kali kita bicarakan. Kunjungi saja dulu masjid ini.

Jika berminat, pengunjung dapat menjangkaunya melalui ujung Jalan Daan Mogot, perbatasan DKI Jakarta-Tangerang, Banten, masuk ke Jl Doktor Sitanala melewati RS Kusta Sitanala, kemudian belok ke kiri arah Jalan Jembatan Pintu Sepuluh.

Setelah melewati jembatan yang menyeberangi Sungai Cisadane itu, belok lagi ke kanan, masuk Jalan Sangego Raya – Bendungan Pintu Sepuluh, masuk ke Jalan Raya Kedaung Barat sisi barat Sungai Cisadane dan akhirnya masuk ke Jalan Bayur Raya tempat Masjid Seribu Pintu berada.

Setelah berkunjung, bolehlah kita bicara soal 4A untuk destinasi wisata di sana. (Reza)

Berita Terkait

Catatan Redaksi: Potret Buram Penegakan Hukum Indonesia Berdasarkan Kasus Viral
Inilah Salah Satu Sifat yang Dibenci Allah SWT
Akhlak Takut karna Allah Swt
MUI Dorong Para Dai Sampaikan Dakwah Secara Bijak
Pers Harus Beradaptasi di Tengah Disrupsi Teknologi
Longsor, Bima Arya Stop Pengerjaan TPT
Pemprov Jatim Raih Penghargaan dari Universitas Brawijaya
Warga Apresiasi Rekonstruksi Jalan Muntilan-Keningar di Kabupaten Magelang
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 4 April 2025 - 20:56 WIB

Catatan Redaksi: Potret Buram Penegakan Hukum Indonesia Berdasarkan Kasus Viral

Senin, 24 Maret 2025 - 18:36 WIB

Inilah Salah Satu Sifat yang Dibenci Allah SWT

Jumat, 18 Oktober 2024 - 14:33 WIB

Akhlak Takut karna Allah Swt

Kamis, 29 Februari 2024 - 05:15 WIB

MUI Dorong Para Dai Sampaikan Dakwah Secara Bijak

Kamis, 22 Februari 2024 - 05:15 WIB

Pers Harus Beradaptasi di Tengah Disrupsi Teknologi

Berita Terbaru