Oleh : Ustadz Ahmad Umar Hasan, S.Ag
PIJAR | JAKARTA – Kemerdekaan Indonesia merupakan jasa masyarakat Indonesia yang saat itu berjuang dan berkorban dengan tenaga, pikiran, dan nyawa. Karena perjuangan dan pengorbanan mereka, hingga saat ini kita bisa menikmati kemerdekaan dari banyaknya pahlawan yang membantu membela dalam kemerdekaan Indonesia.
Ternyata dibalik itu semua, ada banyak sosok ulama yang ikut berjuang di dalamnya.
Peran ulama yang merupakan keturunan Rasulullah SAW, dan bergelar habib ini tidak banyak yang tahu, sehingga nama mereka begitu asing di telinga kaum muda zaman sekarang.
Berikut diantara beberapa ulama bergelar habib yang sempat berperang dalam perjuangan kemerdekaan diantaranya:
- Habib Ali Kwitang
Habib Ali Kwitang memiliki nama lengkap Ali bin Abdurrahman Alhabsyi. Habib Ali lahir di Kwitang, Batavia ( Jakarta ), pada 20 April 1870 dari pasangan Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi dan Salmah. Ayahnya adalah seorang ulama dan dai keturunan Dzuriyah Nabi Muhammad SAW, sedangkan ibunya merupakan putri ulama ulama Betawi dari Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
Pada usia 11 tahun, Habib Ali ditinggal wafat sang Ayahnya saat masih kecil, kemudian beliau ke Hadramaut untuk belajar agama. Ia langsung dibimbing ulama-ulama besar saat itu, seperti Shohibul Maulid Habib ‘Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-‘Aydrus, dan Syaikh Hasan bin ‘Awadh.
Dari Yaman, Habib Ali memperdalam lagi ilmunya di Mekkah dan Madinah, Arab Saudi.
Ia berguru kepada Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi ( Mufti Makkah ), Sayyid Abu Bakar al-Bakri Syatha ad-Dimyati, Syaikh Muhammad Said Babsail, dan Syaikh ‘Umar Hamdan.
Saat kembali ke Tanah Air, Habib Ali membangun Masjid Al-Riyadh dan madrasah Unwanul Falah di Kwitang.
Ia juga mendirikan majelis taklim yang kemudian dikenal dengan Majelis Taklim Kwitang. Dari situ, Habib Ali juga disebut sebagai pelopor majelis taklim di Indonesia.
Habib Ali yang juga termasuk ulama yang mengobarkan semangat anti penjajahan beliau dimintai pendapat oleh Presiden Soekarno terkait hari dan waktu yang tepat untuk membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Setelah merdeka, Habib Ali juga ikut mendorong berdirinya partai politik berasaskan Islam pertama di Indonesia yakni Partai Syarikat Islam. Beliau Rahimahimahu allah Rahmatan Abror wafat di Jakarta pada 10 Oktober 1968.
- Habib Salim bin Jindan
Habib Salim bin Jindan, ia lahir di Surabaya jawa timur, 7 September 1906 dari pasangan Habib Ahmad bin Al Husain dan Syarrifah Muznah binti Ali. Beliau Lahir dari keluarga ulama dan keturunan Dzuriyyah Nabi Muhammad SAW, Habib Salim sudah mendapatkan pelajaran agama sejak kecil.
Beliau menimba ilmu dari sekitar 400 ulama, baik dengan cara bertemu langsung maupun secara surat- menyurat. Habib Salim juga kerap bepergian ke pelosok untuk menimba ilmu dari guru- guru sepuh atau berdakwah.
Selain mengajarkan ilmu kepada masyarakat, Habib Salim juga merupakan tokoh perjuangan yang berpengaruh bersam Habib Ali Alhabsyi dan Habib Ali Alathas Bungur. Beliau kerap mengeluarkan kritikan serta fatwa tegas tentang anti penjajahan.
Akibat fatwa-fatwanya, Habib Salim pernah ditangkap di masa penjajahan Belanda maupun Jepang. Habib Salim wafat di Jakarta, 1 Juni 1969 Rahimahuallah Rahmatan Abror.
- KH Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asyari, seorang ulama dan tokoh agama ternama, beliau lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur pada 10 April 1875. Beliau dikenal sebagai pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU).
Namun, peran dan pengaruhnya tidak hanya terbatas pada itu saja.
Pondok Pesantren Tebu Ireng, yang dipimpin oleh KH Hasyim, menjadi salah satu pondok pesantren terbesar dan percontohan di Jawa timur pada abad ke-20.
Pondok Pesantren Tebu Ireng menjadi tempat bagi banyak santri untuk mendalami ilmu agama islam dan memperoleh ilmu pengetahuan lainnya.
Selain berperan sebagai ulama dan pemimpin pondok pesantren, KH Hasyim Asyari juga aktif dalam memajukan pendidikan dan sosial di Indonesia.