Oleh : Ustadz Ahmad Umar Hasan, S.Ag
PIJAR | JAKARTA – Usaha untuk mengkaji dan mengamalkan isi Al-Qur’an adalah melakukan pengajaran Al-Qur’an dan mewariskan ke para muridnya. Salah satu sarana untuk mengakaji isi kandungan Al-Qur’an yaitu melalui tafsir, yang mana kegiatan penafsiran Al-Qur’an sudah dilakukan oleh ulama terdahulu sampai sekarang.
Di Indonesia ini banyak sekali ulama-ulama berbakat dan ahli dalam bidang keilmuan agama yang sudah dikenal dunia dalam karya-karyanya. Di antara karya tafsir modern Indonesia yang dapat kita jumpai adalah tafsir alIklil Fi Ma’ani Al-Tanzil karya KH. Misbah Mustofa.
Tulisan ini akan mencoba menampilkan sosok tafsir tersebut. Sosok yang ditampilkan sangat mungkin tidak utuh (karena berbagai pertimbangan). Yang penulis coba tampilkan dalam makalah ini memang hanya sisi-sisi yang dianggap penting saja, terutama tentang sisi lokalitas mufassir di dalam tafsirnya.
A. Biografi KH.Misbah Mustofa
KH. Misbah Mustofa adalah seorang kiai di Pondok pesantren al-Balagh, yang berada di desa Bangilan, Tuban, Jawa Timur. Nama Kecilnya adalah Masruch, dan nama lengkapnya adalah Misbah bin Zainal Mustofa. KH. Misbah Mustofa lahir pada tahun 1916 M di kampong Sawahan gang Paem, Rembang, Jawa Tengah.
Beliau merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara, dari pasangan H.Zainal Mustafa dan Chadijah. Ayahnya adalah seorang saudagar yang kaya raya dan gemar sekali memberikan hartanya untuk membantu mengelola pondok pesantren. Sedangkan ibunya adalah sosok ibu rumah tangga yang sukses mendidik putra-putrinya menjadi tokoh masyarakat.
KH. Misbah Mustofa sebelumnya pernah menikah dengan Nashihah, dan mempunyai lima anak, yaitu Syamsiyah, Hanna, Abdullah Badi’, Muhammad Nafis dan Achmad Roficq, setelah Nashihah wafat, pada tahun 1992. Misbah Mustofa menikah kedua kalinya dengan Ainun dari Kaliwungu, yang merupakah syarifah yang berasal dari Gresik.2 KH. Misbah Mustofa wafat pada hari Senin 19 April 1994, dan meninggalkan kitab tafsir yang belum sempat diselesaikan yaitu kitab Taj al-Muslimin yang baru saja
B. Rihlah Ilmiah
Latar belakang rihlah ilmiah KH.Misbah Mustofa dimulai ketika umur 6 tahun, ia memulai pendidikan dengan sekolah dasar yang saat itu bernama Sekolah Rakyat. Setelah menyelesaikan studinya di Sekolah Rakyat, ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Kasingan Rembang di bawah asuhan KH.Khalil bin Harun.
Orientasi pendidikan Misbah fokus untuk mempelajari ilmu gramatika menggunakan kitab alJurumiyyah, al-Imriti dan Alfiyah. Dan pada usianya yang masih muda, Misbah mengkhatamkan Alfiyah sebanyak 17 kali. Setelah matang dalam ilmu Bahasa Arab, selanjutnya Misbah mendalami berbagai ilmu-ilmu keagamaan, seperti ilmu kalam, hadits-hadits, fiqif, tafsir, dan ilmu lainnya di Kasingan.
Setelah mendalami ilmu agama di Kasingan, ia meneruskan pendidikannya di Tebuireng Jombang, asuhan KH.Hasyim Asy’ari. Disini ia terkenal kecakapannya dalam ilmu alat. Selain itu, ia juga pernah mengikuti gerakan tarekat Syadziliyah, yang lebih menekankan amaliyah akhlaknya dari pada wirid seperti tarekat-tarekat pada umumnya.
Setelah menimba ilmu di Jombang, beliau melanjutkan lagi pendidikannya di Pondok Pesantren Tasik Agung, kemudian dilanjutkan ke pesantren Kaliwungu dan yang terakhir di Bangilan asuhan K.H. Ridwan. Lalu memperdalam ilmu Agamanya di Makkah.
C. Kehidupan Sosial
KH. Misbah Mustofa dikenal sebagai sosok alim, aktif dan disegani. Di Bangilan beliau aktif mengajar di Pesantren yang diasuh oleh mertuanya yaitu KH. Ahmad Ridwan. Namun setelah KH. Ahmad Ridwan meninggal dunia, semua urusan pesantren diserahkan kepada beliau. Pada tahun 1975, KH. Misbah mendirikan masjid dan pondok pesantren sendiri di daerah Karang Tengah, Bangilan. Pondok pesantren tersebut diberi nama al-Balagh, yang pada perkembangannya pesantren ini banyak diminati oleh para masyarakat.
KH. Misbah Mustofa juga dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang disebut karomah. Salah satu kemampuannya dapat mengobati orang yang sakit melalui do’ado’a yang dibacakannya. Ada salah satu cerita yang dituturkan oleh warga Bangilan, bahwa ada orang yang pernah mendatangi KH. Misbah Mustofa untuk memberikan donasi pembangunan pesantren. Namun, ia menolak dan menunjukkan uang yang tersimpan di lemari kitabnya.
Padahal isi lemarinya hanya kitab-kitab kuning, dan orang yang hendak memberi donasi itu melihatnya seperti uang-uang yang tertumpuk. Selain sebagai penulis dan pengajar, KH. Misbah juga pernah menjabat sebagai PJS Camat Bangilan.
Beliau dikenal sebagai pribadi yang tegas tanpa kompromi dalam memutuskan suatu masalah. Seringkali beliau berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde baru di kala itu. Beliau juga pernah mengharamkan KB (Keluarga Berencana) dan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) yang merupakan program pemerintahan Orde baru saat itu.
KH. Misbah Mustofa juga aktif dalam kegiatan politik, ia pernah aktif di partai NU, pernah juga bergabung dengan partai Masyumi, PPI (Partai Persatuan Indonesia), dan yang terakhir Partai Golkar. Setelah itu, beliau memutuskan untuk tidak bergabung dalam dunia politik sama sekali. Setelah beliau meninggalkan kegiatan politik, beliau menghabiskan waktu untuk menerjemahkan kitab salaf dan beberapa kitab.
Semasa hidupnya, KH. Misbah dikenal sangat produktif dalam menulis. Ada 200 judul kitab yang beliau terjemahkan baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa yang ditulis dengan menggunakan tulisan Arab pegon, juga banyak sekali karya-karya beliau lainnya yang diterbitkan sampai beredar di masyarakat pada masa itu. Karena menurut beliau, berdakwah yang paling efektif adalah menulis, mengarang dan menerjemahkan kitab.
D. Hasil Karya KH. Misbah Mustofa
Keseriusan dan ketekunannya dalam mempelajari serta memahami kitab-kitab klasik, terutama Al-Qur’an dan hadis yang ia hafalkan, sangat mencerminkan pada karya- karyanya yang berhasil ia telurkan di berbagai bidang hingga mampu menulis kitab tafsir juga. Banyak sekali karya-karya KH. Misbah Mustofa yang telah dikelompokkan dalam beberapa bidang keilmuan.
Berikut karya-karya kitab tafsir KH. Misbah Mustofa :
• Al-Iklil fi ma’ani al-Tanzil juz 1-30 (ditulis pada tahun 1403 H) dalam bahasa Jawa, penerbit al-Ihsan, Surabaya,
• Taj al- Muslimin Juz 1-4, ditulis dalam bahasa Jawa, penerbit Majlis Ta’lif wa al-Khaththat, Bangilan, Tuban,
• Jalalain, terjemahan dalam bahasa Jawa dan Indonesia, penerbit As-Segaf, Surabaya,
• Al-Itgan fi Ulum al-Qur’an, terjemahan dalam bahasa Jawa.
- Surat Yasin, ditulis dengan bahasa Jawa.