Mah, Honor Guru PAUD Cair! | Alhamdulillah

PIJAR | JAKARTA – Ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sibuk mencekal pelajar, mahasiswa, rektor, dosen dan guru-guru agar tak mendukung unjuk rasa, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan malah berbagi kabar gembira. Alhamdulillah, kabar gembira itu adalah pencairan hibah awal dana untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tahun ini sudah cair.

Dari alokasi Rp 40,3 miliar di APBD-Perubahan, sebanyak Rp 22 miliar sudah cair sejak Senin, 23 September 2019. “Yang sudah dicairkan nilainya Rp 22 miliar. Jadi, setiap guru PAUD akan terima Rp 500.000 per bulan,” kata Anies usai meresmikan PAUD Setya Bakti di bilangan Pondok Kopi, Jakarta Timur, Sabtu, 28 September 2019.

Mantan Menteri Pendidikan itu menegaskan, ini baru awal saja. “Ini awal, dan insyaallah akan dikembangkan terus,” lanjut Anies.

Lebih lanjut, Anies mengatakan saat ini Pemprov DKI mencatat ada sebanyak 5.700 guru PAUD. Pemprov DKI juga meminta organisasi guru PAUD melaporkan nama-nama lain yang belum terdaftar.

Jadi, Gubernur Anies meminta guru honorer di PAUD yang belum mendaftar pada Himpunan PAUD (Himpaud) harus segera mendaftar. “Tahun depan, kita akan tambah dana hibah untuk PAUD. Sebab itu, yang belum daftar segera daftar. Kita tidak bisa mencairkan dana untuk yang belum terdaftar,” kata Anies.

Selanjutnya, kata dia, pada 2020 Pemprov DKI akan membamgun sejumlah gwdung PAUD di lima wilayah. “PAUD ini sangat penting sebagai dasar pengenalan pendidikan kepada anak,” ucapnya.

Lantas ia meminta guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tidak tergesa-gesa memacu anak-anak di PAUD menguasai kemampuan baca-tulis. Ia menegaskan esensi PAUD adalah memberi ruang anak-anak bertumbuh secara aktif.

“Saya titip, pastikan anak-anak belajar dengan senang dan bahagia. Tidak perlu diajari baca-tulis. Jangan, kalaupun ada orangtua yang memaksa,” kata dia.

“Memang paling sulit guru PAUD (karena) menghadapi keinginan orangtua agar anaknya cepat bisa baca-tulis,” ujar mantan Rektor Universitas Paramadina itu seraya membagikan pengalaman pribadinya.

Anies mengaku, dirinya baru mulai belajar baca-tulis ketika duduk di kelas 1 SD. Namun, keadaan itu tidak membuatnya tertinggal ketimbang rekan sebayanya. “Jadi, selama empat tahun di PAUD dan Taman Kanak-kanak (TK), ya bermain saja,” ungkap Anies.

“Saya terlambat, tapi alhamdulillah sekarang bisa baca tulis, nggak jelek-jelek amat kalau menulis. Jadi, kalau ada yang memaksa (anak PAUD) baca-tulis, ini bisa jadi contoh. Orangtua jangan khawatir. Guru-guru harus jelaskan, justru salah kalau anak ini dipaksa baca-tulis dari awal,” dia menjelaskan.

Anies lalu menyitir pendapat James Joseph Heckman, ekonom peraih Nobel yang menganggap bahwa investasi pendidikan terbesar mestinya dianggarkan pada PAUD. “Pendidikan anak usia dini bukan hanya main, dia juga makan termasuk bergerak. Karena pendidikan anak usia dini bukan hanya main, dia juga makan, termasuk bergerak aktif,” ungkapnya.

Dengan begitu, kata dia, insya Allah anak-anak lebih sehat. “Karena itu, di kemudian hari dia tidak timbulkan beban di masyarakat,” tandas Anies.

Nah, soal tidak menimbulkan beban di masyarakat itu penting. Sekarang pelajar dan mahasiswa yang ikut demo itu beban masyarakat atau bukan? Atau malah bekas pelajar dan mahasiswa yang jadi beban?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *