PIJAR | JAKARTA – Polres Metro Jakarta Barat melaksanakan program empathy building (membangun kemampuan menyelami kondisi orang lain) terhadap 372 narapidana asimilasi di wilayahnya. Dalam acara yang berlangsung di Wisma Siti Maryam, Jalan Kedoya Raya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa, 12/5/20 ini, hadir pula Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana AS yang menyampaikan sambutan dan arahan,
Dalam arahannya Kapolda Nana menyatakan, para napi yang mendapatkan asimilasi harus memanfaatkan dengan baik kebebasan yang mereka peroleh. Antara lain dengan tetap menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Protokol menjaga kesehatan dan mencegah virus Corona, jaga jarak, ke mana pun kalian pergi dan berada selalu cuci tangan dengan sanitizer atau sabun. Selalu pakai masker. Karena penularan virus ini melalui mulut hidung dan mata. Tetap berolahraga dan selalu mandi setiap pulang ke rumah,” ungkap Irjen Nana Sudjana, Selasa, 12/5/20.
Selain arahan dan harapan, Kapolda Metro bersama Kapolres Jakarta Barat Kombes Audie S Latuheru juga menyiapkan paket sembako kepada 50 napi asimilasi sebagai perwakilan dari 372 rekan sesamanya.
“Bantuan sosial berbentuk sembako ini bertujuan meringankan beban para napi asimilasi yang baru saja bebas. Kami akan salurkan ke 372 napi asimilasi yang berada di wilayah hukum Polres Jakarta Barat. Data para napi asimilasi sudah tersedia,” ungkap Kapolres Audie.
Menurut dia, kegiatan empathy building untuk para napi asimilasi di Jakarta Barat ini akan berlanjut secara kontinyu hingga PSBB berakhir. “Kita tahu semua, keadaan sedang memprihatinkan. Bantuan donatur sangat penting untuk bisa meringankan beban para napi asimilasi yang belum mendapat pekerjaan dan usaha tetap,” sambung Audie.
Para napi asimilasi sangat senang dan bersukur dengan bantuan sembako yang mereka peroleh dari Polres Jakarta Barat. Sembako tersebut dinilai sangat membantu di tengah pandemi Covid-19 ini sementara para napi asimilasi juga belum memiliki penghasilan tetap.
“Bansos ini benar-benar membantu sekali. Saya pribadi belum ada penghasilan tetap. Dengan adanya sembako ini, sangat meringankan beban kami. Bisa untuk kebutuhan sehari-hari sampai saya mendapatkan pekerjaan dan usaha yang tetap,” ucap Irfan, salah satu napi yang menerima bantuan bahan pokok.
Program empathy building merupakan bagian dari kegiatan pre-emtif (antisipasi dini) kepolisian sebelum tindakan preventif (pencegahan melalui patroli atau tugas rutin) dan law enforcement (penegakan hukum dengan kewenangannya). Tindakan pre-emptif untuk napi asimilasi diharapkan dapat meredam napi asimilasi mengulangi perbuatan melanggar hukum. Semoga program empathy building ini sukses!!! (Ivan)